Thursday, December 27, 2012

Candi Ijo

Suara angin mendera keras menelusup di setiap batang dan dedaunan pohon yang saling bergesekan menimbulkan bebunyian alam. Itulah simfoni alam yang menemani sepanjang perjalanan dari bawah menuju puncak Candi Ijo. Dengan ketinggian 357,402 – 395,481 meter di atas permukaan laut, perjalanan menuju Candi Ijo terasa berat dibandingkan dengan candi yang lain. 

Candi Ijo merupakan komplek percandian yang terdiri atas beberapa bangunan dengan halaman teras berundak. Halaman paling suci berada di bagian belakang dan paling atas. Hal tersebut mengingatkan pada salah satu hasil kebudayaan megalitik yang berupa bangunan punden berundak. Periode pendirian komplek bangunan tersebut belum dapat diketahui secara pasti. Akan tetapi, profil candi, motif hiasan kala-makara, langgam arca dan relief candi yang digambarkan secara naturalistis, mempunyai kemiripan dengan candi-candi di sekitarnya yang dibangun pada abad VIII-X Masehi, sehingga diperkirakan candi ini didirikan pada periode yang sama. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di situs Candi Ijo, diketahui bahwa di situs ini terdapat 17 struktur bangunan yang terletak pada 11 teras berundak. Halaman candi yang merupakan jalan masuk menuju bangunan utama merupakan teras berundak yang membujur dari barat ke timur. Halaman paling atas (teras ke-11) adalah halaman yang dianggap paling suci. Pada halaman tersebut ditemukan pagar keliling,
delapan buah lingga patok, candi utama, dan tiga candi perwara yang terletak berderet di depan candi utama.

Pada candi perwara tengah terdapat arca lembu (nandi). Dalam mitologi Hindu, nandi merupakan kendaraan Dewa Siva. Struktur bangunan lain yang ada di komplek Candi Ijo, antara lain terdapat pada teras kesembilan, berupa sisa batur bangunan yang menghadap ke timur. Di teras kedelapan terdapat tiga buah candi dan empat buah batur bangunan, serta ditemukan dua buah prasasti batu. Salah satu prasasti ditemukan di atas dinding pintu masuk candi yang diberi kode F. Prasasti batu tersebut setinggi satu meter dengan tulian berbunyi Guywan, oleh Soekarto dibaca Bhuyutan yang berarti pertapaan. Prasasti tersebut sekarang disimpan di Museum Nasional Jakarta. Prasasti batu lain berukuran tinggi 14 cm, tebal 9 cm, yang memuat 16 buah kalimat yang berupa mantra kutukan yang diulang-ulang berbunyi “Om sarwwawinasa, sarwwawinasa”. Prasasti tersebut tidak menyebut angka tahun, tetapi dari sudut paleografis dapat diperkirakan berasal dari abad VIII-IX Masehi, sehingga Candi Ijo diduga juga dibangun pada periode yang sama. Di teras kelima terdapat satu candi dan dua batur, sedangkan di teras keempat dan teras pertama masing-masing terdapat satu candi. Namun, teras kesepuluh, ketujuh, keenam, ketiga, dan kedua tidak ditemukan bangunan.

(sumber: kotajogja.com ; foto: amiryess.blogspot.com)

No comments:

Post a Comment

SiJi 5 PiThu. Powered by Blogger.
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More